Postingan

Rujak Madura, Kuliner Favorit di Tanah Leluhur

Gambar
 Rujek, penyebutan rujak dalam bahasa Madura, menjadi kuliner yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Pulau Madura. Sebagai seseorang yang dialiri darah Madura, tidak sulit bagi saya untuk jatuh cinta pada kuliner khas pulau garam tersebut. 

Less Food Waste: Makan Enak Hasil Sayuran Sisa

Gambar
Punya sampah organik? Jangan melulu dibuat kompos. Ada kalanya kita bisa mengolah sampah organik jadi makanan lho! Nah, contohnya menu satu ini... Terinspirasi dari story IG bu Puji, saya akhirnya punya ide untuk mengolah calon sampah organik saya untuk membuat sup timun. Ya, bisa dibilang bahan utamanya dari sampah... Sampah, bagimana bisa? Jadi begini ceritanya... Suatu pagi saya sengaja membuka tudung saji di ruang makan asrama. Saya mendapati masih banyak potongan timun dan daun-daun kemangi. Ya, semalam saya dan teman-teman penghuni asrama yang lain ada agenda makan bersama dalam rangka penutupan tahun ajar program asrama, sekaligus perpisasahan.  Kami memilih menu pecel lele –kami memasak sendiri makan malam hari itu. Ikan lee dan lauk pendamping tidak tersisa –dibuat pas sesuai jumlah penghuni, sementara lalapannya masih sisa banyak. Meskipun tidak disimpan di dalam kulkas, lalapan terebut masih tampak segar dan layak konsumsi –ya, karena memang itungannya masi...

Manisnya Memori Semangkok Kolak Durian

Gambar
Memasuki bulan Desember hingga akhir Januari seperti saat ini, selain musim penghujan, agaknya juga cocok jika menyebut rentang waktu tersebut sebagai musim durian. Buktinya, saya banyak menjumpai penjual buah tersebut di tepi jalan raya yang biasa saya lewati sehari-hari. Baik itu dengan digantung ataupun disusun di atas mobil bak terbuka. Ketika melintasi jalan-jalan tersebut, terkadang saya sengaja menurunkan laju motor saya, sambil mengubah arah pandangan saya menuju buah berduri tersebut. Sungguh mengoda. Apalagi jika aromanya yang khas sampai tertangkap indra penciuman saya, meskipun samar-samar. Harumnya.. begitu batin saya. . Meskipun setiap melintasi penjual King of Fruit itu muncul rasa “kepingin”, nyatanya sampai hari ini saya belum sekalipun berhenti di depan salah satu dari mereka. Entahlah, Cuma ingin saja, tidak benar-benar ingin –hayo, yaopo iki maksude, haha.. Namun, belakangan, dari pada keinginan untuk membeli dan menikmati buah tersebut, pikiran saya tertuju p...

Hari Gizi Nasional 2022, Cek 5 Disinformasi Seputar Gizi Berikut

Gambar
Melihat bayi atau balita yang gemuk mungkin nampak lucu dan menggemaskan. Bahkan tidak sedikit yang juga menyebutnya sehat. Mendapati buah hati yang tidak rewel pilah-pilih makanan mungkin terasa menenangkan. Sehingga sering kali orang tua akan memberikan makanan apapun, asal sang buah hati makan.   Namun, tepatkah hal demikian? Menurut Herlina Mei Wulandari seorang nutrisionis di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo, konsep tersebut keliru dan tergolong fatal. Ia juga menyebut bahwa selain dua hal di atas, sejatinya masih banyak informasi tidak tepat yang terlanjur tersebar masif dan dipercaya masyarakat. Herlina Mei Wulandari, S. Gz. (57) saat diwawancara di tengah kesibukannya bertugas  sebagai nutrisionis  di rumah sakit milik pemerintah daerah. (Dok.pri) Lebih lanjut, berdasarkan wawancara langsung pada Kamis (20/1) lalu, berikut sejumlah disinformasi seputar persoalan gizi yang banyak dijumpai di tengah masyarakat: 1. Gemuk = Sehat Tidak salah jika mendapat...

Mewahnya Makan Angkringan

Gambar
Beberapa pekan lalu saya mendapat tugas liputan sebuah forum diskusi terbuka antara kepala daerah dan karang taruna. Selepas kegiatan berlangsung, hadirin dipersilahkan untuk menikmati sajian yang telah disiapkan. Saya menengok ke sisi di mana jamuan dihidangkan. Sungguh tidak biasa... Saya mendapati sebuah lapak penjual dari kayu. Bukan gerobak biasa, tapi lebih seperti lapak angkringan. Penasaran (dan karena perut memang mulai keroncongan), saya mulai mendekati lapak tersebut. Menatap lekat-lekat macam-macam makanan yang telah ditata rapi di atasnya. Angkringan versi Mojokerto. (Dok. Pribadi) ‘Ya, ini memang sejenis angkringan Jogja. Ada nasi kucing dan aneka sate’, batin saya. Meski pemuda-pemudi di sekeliling saya sudah mulai heboh, mengambil apa-apa yang dihidangkan denga cepat, saya masih terdiam; mematung. Tidak, saya tidak sedang memikirkan mana yang harus saya pilih, nasi sambal teri atau nasi sambal goreng tempe. Memandangi apa yang di depan saya membuat saya teri...

Umbi UWI yang Begitu Meresahkan

Gambar
Sepertinya uwi di kebun belakang rumah kami sudah masuk waktu panen. Buktinya, belakangan ini saya sering menjumpai uwi di atas meja makan. Bagi yang simpan nomor saya, mungkin juga bosan dengan story WA saya yang banyak upload UWI. Hehehe Bagi yan belum tahu, uwi adalah salah satu jenis umbi-umbian. Bentuknya tidak teratur, kulitnya kecoklatan. Bagian dalamnya ada yang berwarna ungu, kuning, atau putih. Biasanya Ibu dan Mbah hanya mengolah uwi dengan cara merebusnya bersama sejumput garam. Rasa original umbi tersebut memang plain alias tidak memiliki rasa. Ditambahin garam sedikit biar ada rasa, jadi lebih enak dimakan juga. Tampak uwi. Dok.Google Berbicara tentang konsumsi uwi, jujur saja..   jika  dibandingkan dengan penghuni rumah lainnya, saya satu-satunya yang tidak terlalu menyukai uwi. Ya, meskipun udah ditambahin garam, tetap saja kurang bisa menggugah saya untuk memakannya. Berbeda dengan ubi telo atau singkong, yang meski cuma dikukus/ direbus tanpa ada tambaha...

Sebungkus Gethuk yang Mahal...

Gambar
  Sabtu pagi –pekan lalu, saya diminta ibu untuk membeli jajanan gethuk. Bagi yang belum tahu, gethuk adalah makanan yang terbuat dari singkong kukus yang ditumbuk dan biasa dinikmati dengan taburan parutan kelapa. Kami biasa membeli gethuk di penjual keliling di daerah tempat tinggal kami. Kami biasa memanggil penjual makanan tersebut "Mbak Dhiroh". Di antara beberapa jenis makanan yang dijajakan, ada nasi kuning, nasi jagung, ketan sambel, gethuk, sawut, urap-urap, dan bothokan. Beragam makanan itu diletakkan di dalam keranjang yang ada di bagian depan sepeda, dan belakang sepeda (tempat boncengan). Biasanya Mbak Dhiroh sudah lewat depan rumah kami jam 6-an. Sambil mengayuh sepedanya, Mbak Dhiroh meneriakkan nama-nama makanan yang dijual. "Sego kuning, sego jagung..." "Ketan sambel, gethuk, sawut..." "Urap-urap, bothokan... " Meskipun bertubuh kurus, suaranya cukup kencang. Dari kejauhan.. Kami sudah bisa mendengar suara Mbak Dhiroh. ...