Less Food Waste: Makan Enak Hasil Sayuran Sisa
Suatu pagi saya sengaja membuka tudung saji di ruang makan asrama. Saya mendapati masih banyak potongan timun dan daun-daun kemangi. Ya, semalam saya dan teman-teman penghuni asrama yang lain ada agenda makan bersama dalam rangka penutupan tahun ajar program asrama, sekaligus perpisasahan.
Kami
memilih menu pecel lele –kami memasak sendiri makan malam hari itu. Ikan lee
dan lauk pendamping tidak tersisa –dibuat pas sesuai jumlah penghuni, sementara
lalapannya masih sisa banyak.
Meskipun tidak disimpan di dalam kulkas, lalapan terebut masih tampak segar dan layak konsumsi –ya, karena memang itungannya masih beberapa jam yang lalu. Namun, siapa yang mau menghabiskan lalapan tersebut agar tidak terbuang percuma?
Mau dimasukkan kompos kok rasanya masih sayang
–karena memang masih bagus. Lalapan rasanya paling pas dengan sambelan, tapi
masa iya, pagi-pagi mau makan sambal. Teman-teman yang lain pasti juga sudah
tidak akan ada yang mau. Begitu batinku.
Sambil menatap nanar sisa lalapan di atas meja berukuran sekitar 90 x 60 cm dan tinggi 30 cm itu, saya tiba-tiba teringat pada salah satu Instagram story bu Puji (influencer bertanam di lahan sempit).
Di tengah membantu persiapan masak bersama menu makan malam kemarin, saya
melihat dosen perempuan di Binus itu membagikan ceritanya memasak sayur
mentimun. Saya masih ingat betul story tersebut, lantaran saya belum pernah
melihat timun diolah menjadi sayur bening berkuah.
Saya lantas terpikir untuk mengolah sisa potongan timun di hadapan saya seperti resep yang dibagikan bu Puji. Tidak butuh bahan banyak, proses masaknya pun sederhana, tinggal cemplung-cemplung.. jadi!
Ditambah, saat itu saya sebenarnya sedang
tidak terlalu enak badan. Jadi, makan yang hangat-hangat untuk sarapan, rasanya
akan sangat pas sekali.
Tanpa ba-bi-bu, saya mengambil potongan timun, sejumlah helai daun kemangi, beberapa siung bawang merah dan putih, sebutir telur. Mulanya, saya menumis cincangan kedua jenis bawang tadi. Ketika semerbak harum mulai muncul, saya kemudian menambahkan air.
Saat air mulai panas, saya
memasukkan potongan timun. Air pun telah mendidih dan timun sudah lebih empuk,
saya lantas memasukkan sebutir telur, disusul dengan garam, lada, dan kemangi.
Aduk-aduk sebentar, dan matikan kompor. SELESAI! Mudah dan cepat, bukan?
Saat disajikan ternyata benar, ENAK! Dan itu bukan klaim
sepihak, salah satu teman asrama saya juga berpendapat demikian –cuma satu yang
ikut makan, teman yang lain pagi itu masih pada belum ke ruang makan.
Jujur, sambil menikmati saur timun tersebut, saya merasa legaaaa. Selain karena berhasil mengeksekusi resep baru, saya juga sangat senang karena berhasil mencegah sisa lalapan tadi menjadi sampah. You’ve done a good job! –batin saya, memberi afirmasi positif pada diri sendiri, hehe
Bagaimana dengan kalian? Upaya apa yang pernah teman-teman lakukan untuk mengurangi sampah sisa makanan?
Komentar
Posting Komentar