Kobaran Semangat Tujuh Belasan !
[Meriahnya menyambut perayaan HUT RI]
![]() |
suasana gang depan kosan H-1 17 Agustus |
Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2018 Indonesia memasuki
usia yang ke 73 tahun merdeka. Momen peringatan hari lahir bangsa Indonesia ini
tentu disambut dengan penuh suka cita di setiap tahunnya. Beragam kegiatan
diselenggarakan dalam rangka turut memeriahkan momentum tersebut. Dari Sabang hingga Merauke, di desa ataupun
kota, tua dan muda, semua turut serta.
Ingar bingar perayaan hari lahir ibu pertiwi ini nyatanya
tidak hanya dapat dirasakan ketika tepat tanggal 17 Agustus, melainkan semenjak
awal memasuki bulan ke delapan. Salah satu penanda yang mudah dijumpai adalah pemasangan
bendera, umbul-umbul, serta ornamen-ornamen berwarna dominan merah dan putih,
baik di jalan raya, gang-gang kompleks perumahan warga, maupun gedung-gedung
kantor milik pemerintah dan swasta.
[Gelaran lomba tujuh belasan]
Selain dari segi dekorasi, beragam kegiatan menarik juga
diselenggarakan sebagai upaya menambah antusias masyarakat untuk turut serta
dalam perayaan. Misalnya saja, aneka lomba tujuh belasan yang tidak pernah luput
dalam daftar agenda kegiatan rutin tahunan bulan Agustus. Beberapa jenis
lombapun diidentikkan sebagai ciri khas dari sekian banyaknya jenis perlombaan
yang digelar di antaranya seperti lomba
balap karung goni, makan kerupuk, serta panjat pinang.
Menengok sejarah masing-masing lomba tersebut ternyata
memang ketiganya telah sejak lama diselenggarakan. Bahkan beberapa sumber
menyatakan bahwa sebelum Republik Indonesia lahir jenis lomba tersebut telah
banya digelar. Terdapat bukti sejarah yang mencatat bahwa asal mula permainan
ini dilatar belakangi oleh sulitnya kondisi pribumi pada zaman penjajahan sehingga
tidak ada pilihan kecuali berpakaian dengan karung goni.
Kemudian pada suatu
waktu mereka merasa kesal, dan lantas melampiaskan kekesalan tersebut dengan
menginjak-injak karung goni tersebut. Zaman berganti, aktivitas “menginjak-injak” karung goni
berkembang dan berubah menjadi lomba balap karung goni. Maksud dan tujuan diselenggarakannya
perlombaanpun akhirnya mengalami
pergeseran. Perihal lain yang tidak bisa dilewatkan adalah fakta bahwa
perlombaan karung goni juga telah banyak dimodifikasi.
[Balap karung di desa ku #hahaha ]
Salah satu bentuk modifikasi lomba karung goni ini dapat
dijumpai pada serangkaian lomba tujuh belasan yang diadakan di Dusun Modongan,
Desa Modongan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pada awal pekan bulan Agustus.

Selanjutnya modifikasi juga dilakukan terhadap teknis cara
bermain. Para peserta tidak memasukkan separuh badan ke dalam karung seperti
pada umumnya, akan tetapi seluruh bagian
tubuh mereka harus masuk ke dalam karung kemudian pada bagian atasnya diikat
tali rafia. Sampai disini mungkin tampak berbahaya ketika membayangkannya.
Tapi perlu diketahui
bahwa sebelumnya, ada sisi karung yang telah dilubangi, sehingga memungkinkan
peserta untuk tetap bisa bernapas dengan normal serta dapat melihat keadaan di
luar karung. Ditambah, panitia juga telah menyiapkan helm untuk dikenakan demi keamanan
dan keselamatan peserta. Selebihnya lomba balap karung dilaksanakan seperti
pada umumnya.
![]() |
heran ngeliatnya. perpaduan antara gak tega dan pengen ketawa. lol |
![]() |
siapakah yang jadi juaranya?? hm.... |
Memodifikasi lomba balap karung sedemikian rupa nyatanya
membuat para penonton semakin terhibur. Sebab untuk bisa menyentuh garis akhir
para peserta harus melompat dalam posisi badan meringkuk, bahkan ada pula yang
menggelindingkan badan mereka. Tingkah laku peserta yang beraneka ragam
tersebutlah yang kemudian menciptakan kelucuan. Gelak tawa disertai dengan sorak-sorai
dukungan penonton terdengar di
kanan-kiri lintasan lomba seolah-olah tiada akhir.
Dari sedikit gambaran di atas, perlombaan khas tujuh belasan
sepertinya bisa dikatakan sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat
Indonesia. Bagaimana tidak, meskipun zaman semakin berkembang kegiatan
semacam ini seakan sudah menjadi semacam tradisi yang mendarah daging di
masyarakat Indonesia.
Dan tentu saja didalamnya, apabila ditelusuri lebih jauh
lagi, masing-masing jenis lomba mengandung
makna filosofis yang tidak kalah dalam. Misalnya
saja bagaimana perjuangan, semangat pantang menyerah, strategi, endurance, kerja
sama, dan masih banyak lagi.
[Jaga kobaran semangat tujuh belasan]
Namun demikian, lebih dari sekadar mengisi momentum perayaan
kemerdekaan dengan aneka kegiatan, ada kewajiban lain yang harus senantiasa
diingat oleh masyarakat Indonesia. Yaitu, pentingnya memiliki semangat tujuh
belasan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mengisi kemerdekaan.
Jangan biarkan kobaran semangat tujuh belasan itu
padam barang sehari saja. Artinya, sebagai warga negara Indonesia harus berusaha
semaksimal mungkin agar bisa berdedikasi
kepada bangsa melalui beragam upaya untuk mencapai Indonesia yang lebih maju
dan sejahtera.
Dirgahayu Indonesia ku. Dirgahayu Indonesia mu.
Dirgahayu
Indonesia kita.
Dan.. beri tau, kalian lebih enjoy baca tulisan dengan gaya seperti apa sih?
Atau.. kalian juga boleh sharing apapun tentang tujuh belasan!!
INTINYA LEAVE A COMMENT LAH !!! #WKWKWKWWK
TERIMA KASIH :)
*terimakasih teruntuk ibuk *XOXOXO, yang udah milihin fotonya.. hahahah
yes, cause it was taken with my ibuk's phone camera. Ada banyak banget, dan belum sempat ku back up. Sementara udah di Yogya, jadilah ibuk yang kirim.. gak semua dikirim, biar hemat kuota. Hahaha
#apaan sih.
Komentar
Posting Komentar