Darurat Perubahan Iklim: Yuk Belajar Jadi Pahlawan Bumi dari Warga Jagalan

Perlahan tapi pasti, persoalan muncul akibat dari perubahan iklim semakin meningkat. Misalnya saja banjir yang belakangan begitu marak terjadi di berbagai daerah. Selain itu juga ada longsor, cuaca ekstrem, kebakaran lahan, dan masih banyak lagi. Berdasarkan data BNPB, sebanyak 3092 bencana hidrometeorologi terjadi sepanjang 2021. 

Ketika bencana terjadi, mayoritas akan berpikir bahwa faktor musim menjadi penyebab utama. Memasuki musim penghujan, maka bersiap untuk banjir dan longsor. Begitu pula sebaliknya, saat kemarau tiba, kekeringan dan kebakaran lahan pun menanti. Seolah bencana yang terjadi sepenuhnya kehendak alam –sebuah siklus yang lumrah terjadi.

Akan tetapi, perlu disadari bahwa maraknya bencana hidrometeorologi yang semakin marak merupakan akibat dari perubahan iklim. Melansir Antara, hal tersebut pernah diungkapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beberapa waktu lalu (13/10/2021).

Secara sederhana, fenomena perubahan iklim disebabkan oleh kenaikan suhu permukaan Bumi akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (di antaranya seperti karbon dioksida, metana, nitrogen) di atmosfer Bumi.

Berbagai aktivitas manusia modern nyatanya menjadi sebab kuat meningkatnya emisi rumah kaca dari waktu ke waktu. Misalnya saja, lahan hijau yang semakin sempit, penggunaan bahan bakar fosil yang semakin tidak terkendali, peningkatan volume sampah, dan masih banyak lagi.

Ke depan, apabila fenomena tersebut terus berlanjut, tidak hanya tumbuhan dan hewan, melainkan seluruh kehidupan makhluk hidup di permukaan Bumi ini akan terancam. Sebagaimana faktanya, manusia tidak akan bisa bertahan tanpa kehadiran makhluk hidup lainnya.

Sehingga, manusia sebagai makhluk yang dikarunai kelebihan akal pikiran, seharusnya menjadi pihak yang segera mengambil langkah perbaikan, bukan justru sebaliknya. Siapa saja memiliki peran untuk menekan laju perubahan iklim. Baik dari pemerintah ataupun masyarakat sipil, generasi tua maupun muda. Semua unsur di masyarakat berkewajiban untuk menyelamatkan Bumi.

Meskipun belum menjadi agenda massif di tengah mayoritas masyarakat, nyatanya sudah ada sejumlah kelompok-kelompok yang telah aktif melakukan mitigasi perubahan lingkungan. Dari unsur masyarakat sipil, salah satunya, ada warga RW 3 lingkungan Jagalan, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.

Alya Rahmawati Ketua RW.03 Lingkungan Jagalan, menceritakan beragam program yang telah menjadi kebiasaan warganya dalam rangka upaya menurunkan emisi gas rumah kaca, Senin (31/1/2022).

“Ada berbagai aktivitas yang bisa kami lakukan untuk turut serta dalam menjaga lingkungan. Misalnya seperti program bank sampah, pembuatan kompos dan briket dari sampah organik, membuat lubang resapan, membuat penampungan air, menggunakan lampu led, penghijauan, dan masih banyak lagi”, ujar perempuan berusia setengah abad tersebut.

Keseriusan para warga dalam program-program tersebut nyatanya telah mengantarkan kampung pemasok jahe merah bagi mayoritas warga Kota Mojokerto tersebut meraih prestasi pada setiap lomba lingkungan.

Bahkan yang terbaru, kini warga RW 3 lingkungan Jagalan tengah diusulkan oleh Pemkot Mojokerto untuk masuk sebagai PROKLIM (Program Kampung Iklim) yang diselenggarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup pusat. Di Kota Mojokerto sendiri, diketahui hanya dua rukun warga yang terpilih untuk mengikuti penilaian nasional tersebut.

Ia menjelaskan bahwa prestasi tersebut tentu tidak dapat terwujud tanpa kesadaran dari masyarakat sekitarnya. “Alhamdulillah, warga ini kalua diajak gerak itu mau-mau saja. Jadi memang sudah ada kesadaran dari warga sendiri”, ungkapnya.

Selain itu juga kehadiran dari pihak pemerintah yang menurutnya semakin menambah semangat warganya untuk konsisten menjalankan aktivitas-aktivitas menyelamatkan Bumi tersebut.

“Kan kita juga ada Bapak Samerto (Bayar Pajak Pakai Sampah di Kota Mojokerto) dari pemerintah.  In ikan membuat warga jadi tambah semangat untuk memilah sampah plastik”, ujarnya.

Ia juga menambahkan, peran Dinas Lingkungan Hidup Kota Mojokerto yang kerap memberikan arahan, bantuan baik materi ataupun non materi, serta terbuka terhadap masukan warga, semakin membuatnya gencar melakukan inovasi-inovasi bagi kelestarian lingkungannya.

Terkait upaya meningkatkan kesadaran warganya, ia mengaku memang awalnya tidak mudah. Menurutnya, itu karena perbedaan pengetahuan di masyarakat yang mana hal tersebut lumrah dan tidak bisa disalahkan.

“Kesannya memang tidak mudah. Tapi semua pasti bisa. Mulai dari dalam diri sendiri, di lingkungan rumah, dengan hal-hal yang sederhana. Terus konsisten dilakukan, itu nanti akan menjadi contoh di masyarakat,”pungkasnya. (EL)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASUS ExpertBook B3 Flip (B3402), Laptop Idaman Jurnalis

JUMANJI: Dulu dan Sekarang

Dongeng Malam Minggu ku...