Postingan

Menampilkan postingan dengan label makanan bercerita

Umbi UWI yang Begitu Meresahkan

Gambar
Sepertinya uwi di kebun belakang rumah kami sudah masuk waktu panen. Buktinya, belakangan ini saya sering menjumpai uwi di atas meja makan. Bagi yang simpan nomor saya, mungkin juga bosan dengan story WA saya yang banyak upload UWI. Hehehe Bagi yan belum tahu, uwi adalah salah satu jenis umbi-umbian. Bentuknya tidak teratur, kulitnya kecoklatan. Bagian dalamnya ada yang berwarna ungu, kuning, atau putih. Biasanya Ibu dan Mbah hanya mengolah uwi dengan cara merebusnya bersama sejumput garam. Rasa original umbi tersebut memang plain alias tidak memiliki rasa. Ditambahin garam sedikit biar ada rasa, jadi lebih enak dimakan juga. Tampak uwi. Dok.Google Berbicara tentang konsumsi uwi, jujur saja..   jika  dibandingkan dengan penghuni rumah lainnya, saya satu-satunya yang tidak terlalu menyukai uwi. Ya, meskipun udah ditambahin garam, tetap saja kurang bisa menggugah saya untuk memakannya. Berbeda dengan ubi telo atau singkong, yang meski cuma dikukus/ direbus tanpa ada tambaha...

Sebungkus Gethuk yang Mahal...

Gambar
  Sabtu pagi –pekan lalu, saya diminta ibu untuk membeli jajanan gethuk. Bagi yang belum tahu, gethuk adalah makanan yang terbuat dari singkong kukus yang ditumbuk dan biasa dinikmati dengan taburan parutan kelapa. Kami biasa membeli gethuk di penjual keliling di daerah tempat tinggal kami. Kami biasa memanggil penjual makanan tersebut "Mbak Dhiroh". Di antara beberapa jenis makanan yang dijajakan, ada nasi kuning, nasi jagung, ketan sambel, gethuk, sawut, urap-urap, dan bothokan. Beragam makanan itu diletakkan di dalam keranjang yang ada di bagian depan sepeda, dan belakang sepeda (tempat boncengan). Biasanya Mbak Dhiroh sudah lewat depan rumah kami jam 6-an. Sambil mengayuh sepedanya, Mbak Dhiroh meneriakkan nama-nama makanan yang dijual. "Sego kuning, sego jagung..." "Ketan sambel, gethuk, sawut..." "Urap-urap, bothokan... " Meskipun bertubuh kurus, suaranya cukup kencang. Dari kejauhan.. Kami sudah bisa mendengar suara Mbak Dhiroh. ...

Bagi saya, terang mbulan dan martabak manis itu BEDA!

Gambar
  "Saya lebih suka terang mbulan ketimbang martabak manis". Di suatu Sabtu malam, seorang teman memberi saya sepotong terang mbulan mini. Ah, entahlah... Ini efek malam Minggu seorang jomblo atau memang saya yang cenderung melankolis –mudah baper, saya tidak paham. Yang jelas, ketika saya menerima pemberian terang mbulan dari seorang teman, kalimat di atas muncul di benak saya. Mungkin banyak yang bertanya-tanya... “Lah, bedane terang mbulan karo martabak manis iki opo?” “terang mbulan sama martabak manis, bukannya sama ya?” Ya, bagi teman-teman yang berasal dari daerah Jawa Timuran , seperti saya, tidak akan menjumpai apa perbedaan terang mbulan dan martabak manis. Bentuknya sama. Pilihan topping ya sama. Bahkan sekarang lebih variatif, nggak cuma mumet di cokelat-keju-kacang. Soal rasa? Ya jelas, makanan manis ini sama-sama enak. Hemat saya sih, itu hanya perkara beda penyebutan. Mau terang mbulan, martabak manis, martabak Bandung, Hok Lo Pan.. Setiap penyebutan mem...