Book Review : A9ama Saya adalah Jurnalisme

Last Day of April...

Rada bingung ambil keputusan mau nulis apa..
Karena seminggu kemaren emang banyak hal yang ku alami. Tapi setelah dipertimbangkan, ya kan gak semua bisa dishare di blog.. hehehehe
Akhirnya milih buat nulis resensi buku aja.. Di bulan April aku baca beberapa buku, dan yang berhasil kuselesaikan tepat waktu itu salah satunya ini.
Aku sebenernya juga ga yakin ini bisa disebut resensi atau nggak..
Mungkin lebih kaya cerita pengalaman deh.. My impression during reading the book.
Well let's start!!!

'A9AMA' SAYA ADALAH JURNALISME


Kalimat di atas adalah judul buku yang berhasil ku selesaikan di bulan April. Hahaha..
Sementara yang lain? Hm.. jangan ditanya. Pada gantung, belum selesai baca.
Hahah.. abis kebiasaan sih, ketika ada judul buku lain yang minat ya baca aja.. meskipun buku yang sebelumnya belum selesai. Tapi beda buat buku yang satu ini.

Kenapa aku bisa selesain on time?? Nah, jadi gini awalnya...

Ya fyi aja, aku gabung di lpm fakultasku. Tau lpm kan? Lembaga pers mahasiswa..
Ikut lpm mah buat ngisi waktu aja.. biar gak gabut-gabut banget. wkwkwk

Nah singkat cerita, aku sama temen-temenku yang maba, yang gabung lpm ini pada dijejelin tuh yang namanya "9 Elemen Jurnalisme" buah formulasi Bill Kovach -orang penting di dunia jurnalistik, haha- Nah, intinya 9 elemenn itu kayak apa-apa aja yang harus dimiliki oleh seorang jurnalis dalam mengemban tugasnya menghasilkan produk-produk jurnalistik.

Aku mah awalnya apa ya.. denger presentasi kating bahas itu, ya cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Maklum, masih maba.. bayanganku lpm  di kampus ya bakal sama aja kayak di jurnalis SMA dulu, cari berita tentang kejadian di ligkungan sekolah-wawancara-ketik-publish-selesai.

Tapi nyatanya bener-bener beda. Ini lebih serius daripada yang kubayangin. hahaha..
Nah, untuk lebih dapet gambaran tentang "9 elemen" tadi, para kating lpm nyaranin kami buat baca buku karya Andreas Haryono yang pertama kali terbit di tahun 2010.

Temen-temen yang lain pada pesen bukunya. Meanwhile.. aku gak terpengaruh -untuk saat itu-
Aku gak tertarik aja, jadi gak ikutan order. Padahal harganya juga gak mahal-mahal banget. hehe


Ku temukan di rak buku orang

Ya, secara gak sengaja main-main ke kamar mbak kos ku, mbak Ck... Ku liat di rak bukunya ada buku itu.. ntah apa yang terjadi, tiba-tiba ku ambil aja.. "Mbak aku pinjem ya.." 
"YO" Balas Mbak Ck, tanda mengizinkan..

Akhirnya mulai ku baca. Dari judulnya aja bikin greget, ya gak sih? Ada apa dengan jurnalisme?? Kok disejajarin sama agama?? Apa itu masuk agama jenis baru??? Wkwkwkwkwk..
Santai guys.. Enggak kok. Jadi itu cuma sekedar istilah. Jangan dibandingkan secara langsung. Ya, mudahnya.. jurnalisme itu bisa diibaratkan agama, yang mana berguna untuk buat kemashlahatan umat manusia. Tapi lantas kemudian muncul pertanyaan, jurnalisme yang seperti apa yang bisa diibaratkan demikian? Tentu bukan sekedar jurnalisme...

Cuap-cuap terkait buku

Buku ini merupakan antologi jurnalisme, yang berisikan pengalaman-pengalaman pribadi Harsono selama beberapa tahun ketika aktif menjadi seorang jurnalis. Kisah-kisahnya terangkum dalam 4 tema besar, yaitu 'Laku Wartawan', 'Penulisan', 'Dinamika Ruang Redaksi', serta 'Peliputan'. Masing-masing kisah ditulis dengan gaya penulisan yang santai, karena memang naskah-naskah tersebut diambil dari blog pribadinya http://andreasharsono.blogspot.com.

Pembawaannya yang santai menjadikan buku ini enak dibaca, dan cukup mudah dipahami. Ya, tidak belumnya seperti dugaan awalku. Aku mikirnya buku ini termasuk buku 'berat', susah dipahami, membingungkan. Tapi nyatanya enggak, kaya baca jurnal harian seorang jurnalis aja. Tapi tetep isinya padat. Aku suka banget sama penulis yang gini, dia bisa menyampaikan hal-hal 'berat' tapi dengan sederhana, jadi gampang dimengerti. Ya, bukan apa-apa.. masalah emang ada di aku. Aku mungkin bisa dibilang belum menggunakan kapasitas otakku dengan maksimal.. jadinya gitu deh. Wkwkwkw.

Kisah-kisah yang dimuat dalam buka berasal dari rentang tahu yang beda-beda. Dari yang akhir tahun 1990-an sampe sekitar tahun 2009an. Ketika baca buku itu aku ngerasanya dibawa ke masing-masing era, pada akhirnya mencicipi dinamika dunia jurnalistik selama kurun waktu kurang lebih 10 tahun itu.

Daiagian yang paling aku suka yang bab 'Dinamika Ruang Redaksi'. Baca bagian itu bener-bener kebayang gimana riweh nya proses dibalik layar dari suatu berita bisa buat sampe ke masyarakat. Terutama naskah berjudul "Kecepatan, Ketepatan, Perdebatan" yang berlatar belakang detik-detik penurunan Gus Dur sebagai presiden digantikan oleh Megawati. Ikut greget bacanya. hahaha..

Buku ini menurutku bagus buat dibaca umum, ya I mean bukan cuma mereka yang tertarik sama dunia jurnalistik. Sebab dari buku ini banyak dibuka, ya kalo gak semua berita dihadirkan di masyarakat itu 'baik', mangkanya perlu nerapin kaidah "9 elemen Jurnalisme". Dan disitu ngajarin kita buat gak melulu percaya sama berita, betapa berat kerja wartawan termasuk 'godaan-godaan' yang haus mereka hadapai demi menghadirkan sebuah berita yang ideal, berisikan kebenaran. Oh ya dan dari situ aku belajar kalo kebenaran itu bukan sesuatu yang mutlak, di dunia jurnalistik, yang namanya kebenaran itu sewaktu-waktu bisa direvisi. Nah lho.. gimana, bingung gak? wkwkwwkwk

well, dari sekian komentar positif ku terhadap buku ini, sebenernya aku juga tetep punya kritik. Ya ada beberapa hal yang aku kurang setuju dengan apa yang disampaikan penulis. Misalnya pada naskah yang berjudul "Jurnalisme dan Nasionalisme". Disitu ada bagian yang bertuliskan seperti ini:

"....Tapi bagi seorang watawan, dia harus mendahulukan jurnalisme. Agamanya, kewarganegaraannya, kebangsaannya, ideologinya, latar belakang sosial, etnik, dan sebagainya, harus dia tinggalkan di rumah begitu dia keluar dari pintu rumah dan jadi wartaman."

Pada bagian "agama" itu harus bener-bener didalami pemaknaannya. Kalo asal-asalan, wah bisa gawat. Nah mungkin kurang setujuku ya karena itu tadi... bisa menimbulkan penafsiran lain dari orang yang baca. Ya sebenenrnya gak bagian agama aja.. bagian-bagian lain juga.

Selain itu, aku berpendapat si penulis ini juga tetap tidak bisa lepas dari apa yang namanya 'subjektifitas'. Ya, maklum sih.. sampek sekarang aku gak percaya dengan omongan kalo "netral itu bisa diwijudkan" Sekecil apapun, pasti subjektifitas tetep ada. Nah aku ngerasanya itu waktu baca bab Laku Wartwan, antara naskah "Quo Vadis Jurnalisme Islami?" sama "Jurnalisme Warga Gereja". Menurutku disitu kebaca siapa sih sosok Andreas Harsono itu. Hm.. oke gak mau banyak spoiler. hehe.

Tapi balik lagi, yang namanya karya emang gak lepas dari positif-negatifnya. Dan inget, itu tadi penilaianku pribadi, yang tentu gak lepas dari rasa subjektifitasku. hehehe.. Mungkin kalo orang lain beda lagi komennya.. Yang penting tetep ambil ibrahnya, alias pelajarannya. hehe.. Out of all buku ini tetep aku rekomendasiin buat dibaca guys..

---

Okay.. Mungkin segitu yang bisa aku tuangin dari otak ke layar blog ini. Haha.. Banyak yang masih tersimpan. Tapi entah.. udah keburu. Ini ditunggu Mbak Ck bantuin dia masak.. Wkwkwkw #Serius asli gak bohong...

Kalo penasaran gimana, baca bukunya..
Gak ada duit buat beli. Di perpus-perpus banyak kok. Atau mau kayak aku.. Minjem punya orang lain. hehehe..

Thanks for reading. Don't forget to leave comment...
See you on my next posting

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASUS ExpertBook B3 Flip (B3402), Laptop Idaman Jurnalis

JUMANJI: Dulu dan Sekarang

Dongeng Malam Minggu ku...