Segelas Wedang Tape Berisikan Rindu

Sabtu Malam Minggu Merindu...


Hingga sore menjelang malam tidak ada yang spesial.
Tapi tidak lepas lantas membuatku lupa bersyukur, 'ya.. setidaknya itu berarti aku tidak perlu memaksakan otak ku untuk berkutat dengan hal terkait kuliah'
Weekend artinya "DO THINGS WHAT I LOVE".

Seperti malam Minggu sebelum-sebelumnya, awalnya aku hanya akan berencana nonton film. Setelah aku 'weekly meeting UKM', aku buru-buru kembali ke kos. Ya, apa lagi kalo bukan untuk mencari referensi film apa yang bisa ku tonton di malam harinya.

Tapi ternyata usahaku GAGAL!!!
Itu semua karena MBAK KOS KU! Inisialnya Ck

keteplak, keteplek,, terdengar suara khas sandal swalo menaiki tangga.
Suara sandal itu semakin jelas. Dan.. 
"Bungsu... Nih aku bawa makanan!" Ucapnya dengan nada riang dan senyum sumringah..

MAKANAN!!!
Konsentrasiku pecah!! Siapa yang bisa nolak makanan??!
Apalagi aku belum makan malem. Wah, timingnya tepat bangetkan.
'Wah... ini nih pasti yang namanya rejeki anak sholeh' Batinku.. wkwkwk

"YEAY... MBAK TERBAIK!!!" Ucapku dengan antusias, merespon apa yang baru saja dikatakan oleh Mbak Ck. Tangan kanannya memegang kantong kresek hitam brukuran sedang. Aku tidak terlalu memikirkan apa isinya. Yang jelas itu pasti makanan. Hahaha..

Aku mencoba untuk tidak terlalu menunjukkan kebahagiaanku -jaim ceritanya-
Bersabar, melihat Mbak Ck mulai membuka kresek, kemudian bungkusan di dalamnya dikeluarkan, lalu dia memintaku untuk mengambil sebuah piring. 'Ah, apa sih isinya?' Tanyaku dalam hati. 

UNBOXING(?) BUNGKUSAN 

Ada beberapa bungkusan daun pisang dan kertas minyak -dikaret juga- yang dikeluarkan dari dalam kresek. Piring yang telah ku ambil, lantas sedikit digeser, mendekat ke bungkusan yang telah dikeluarkan. Hingga akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Salah satu bungkusan kertas minyak diambil untuk dilepaskan karetnya. 

Jeng, jeng, jeng... COKLAT, AGAK KEHITAMAN, GELAP. Bungkusnya belum terbuka sempurna, aku belum benar-benar bisa menebak itu apa. Dan...

'Owalah... TEMPE BACEM ternyata'. Irisan tempe bacem itu lantas mendarat ke permukaan piring dengan sempurna. Diambil bungkusan yang kedua, sama seperti sebelumnya. Dan benar.. isinya juga sama tempe bacem. Hingga kemudian tiba giliran bungkusan ke-3, bungkusan daun pisang.

Karetnya mulai dilepas, lipatan daun pisang mulai dibuka... Tidak berkedip mataku menatapnya. Entah, kenapa aku kok penasaraan banget. Akirnya bungkusan terbuka sempurna. Warnanya putih, lengket, teksturnya lembek, lunak. Agak sulit memindahkan isi bungkusan yang kali ini ke atas piring. Ya, karena lumayan lengket tadi. I have no idea, 'makanan apa ini?'. Tanyaku dalam hati.

Dari proses awal tadi, aku hanya memperhatikan.. tidak terucap satu patah katapun dari mulutku. Karena aku melihat Mbak Ck nampak pula begitu konsentrasi, jadi ya.. aku cuma diem ngeliatin. Kecuali kayak ada instruksi ambil piring tadi...

Mbak Ck akhirnya ngomong lagi... "Ini pasti kamu udah tau, ini tempe bacem" Jarinya mengarah ke tempe bacem. "Nah, kalo ini.. namanya JADAH", sambil nunjuk ke arah makanan berwarna putih tadi. Aku sendiri tidak seberapa jelas mendengarnya. JEDAH? JADAH? JIDAH?

"Ini tuh hits banget di Kaliurang.. Cara makannya gini.." Mbak Ck menunjukkan kepadaku bagaimana untuk menikmati kedua makanan itu. Tangannya mengambil potongan jadah (?) terlebih dahulu, kemudian Mbak Ck meletakkan seiris tempe bacem diatas jadah. Perpaduan dua jenis makanan tadi lantas masuk kedalam mulutnya.


PERTAMA KALI MAKAN INI!!

Tempe Bacem dan Jedah. Real pict :)

Ketika makanan di dalam mulutnya sudah tidak banyak tersisa, "Ayo, cobain". Hanya dengan anggukan, aku melakukan hal yang sama seperti apa yang telah ditunjukkan Mbak Ck sebelumnya. Makanan itu masuk ke dalam mulutku. Perlahan, sambil benar-benar meresapi, bagaimana rasa dari makanan tersebut. Ya, maklumlah baru pertama kali... Wkwkwkw

Sayang sekali, dipercobaan pertama AKU GAGAL merasakan sensasi nikmat! Potongan jadah yang kuambil terlalu kecil, sehingga yang dominan adalah rasa tempe bacem. Sementara aku sendiri kurang begitu suka manis yang sangaat manis. 

Ah, aku penasaran!! Percobaan kedua. Irisan tempe bacem kepotong menjadi beberapa bagian lebih kecil. Kemudian kutaruh di atas jedah dengan akuran yang sama seperti sebelumnya... Masuk...

Dan.. THIS IS PERFECT COMBINATION! Hm, ya... ini perpaduan yang pas.. antar manisnya tempe bacem dan gurihnnya jedah. Disitu aku suka banget sama jadahnya, karena ternyata ada rasa gurih dari kelapa parutnya. Dan fyi, setelah aku mencobanya, sepertinya jedah itu terbuat dari ketan. Ya, wajar.. beberapa suap aja aku udah berasa kenyang. Alhamdulillah...

Suasana begitu syahdu, ketika kemudian satu-persatu mbak kosku yang lain datang, dan bergegas berkumpul di kamar ku. Kami menikmati tempe bacem dan jadah bersama-sama. Karena nyatanya, tidak hanya aku yang baru pertama kali merasakan makanan ini.

Oh iya.. satu lagi jenis makanan yang dibawa oleh Mbak Ck. Yaitu.. TAPE SINGKONG. Kalo kata Mbak Ed sih, VEUYEUM.. wkwkwwk. Ya, dia memang seorang Sunda. Aku tidak tahu apakah ketiganya merupakan satu-kesatuan. Tapi, aku sendiri tidak memakan tape tesebut secara bersamaan dengan tempe dan jedah. Aku meminta beberapa bagian, dan menyisihkan.

Adzan Maghrib berkumandang. Kenikmatan jedah dan tempe harus segera diakhiri, kami lantas mengambil wudhu lalu kemudian sholat berjamaah. 

Ya, beberapa hal kecil di Beirut yang membuat ku bahagia. Saling sharing, makan bareng, sholat jama'ah.. 

PUNCAKNYA: MERINDU

Setelah sholat maghrib berjamaah, kami kembali ke kamar masing-masing..
Teringat, aku tadi menyisihkan tape singkong. Dan hujan belum juga reda, malah semakin deras. 

Kulangkahkan kaki menuju dapur. Kunyalakan api kompor. Kupanaskan air dalam panci hingga mendidih. Potongan tape singkong tadi telah kupindahkan ke dalam sebuah gelas, dan didalamnya juga telah kuberikan tambahan beberapa sendok gula. Hati-hati aku menuangkan air tadi ke dalam gelas.

wedang tape buatan ku :)

Kuaduk searah jarum jam untuk beberapa saat. Panasnyapun juga menjadi berkurang. Kemudian kugenggam gelas dengan kedua tanganku. Semakin terakangkat, mendekat ke wajahku.

Otomatis aromanya terhirup terlebih dahulu. 'Hm.. Bau harum khas tape singkong'. Dan semakin kudekatkan bibir gelas kearah bibirku, perlahan cairan dalam gelas berpindah. Masuk kedalam rongga mulutku. Terasa manis gula dan manis-kecut khas tape bersatu di lidahku. Terus mengalir hingga ke kerongkongan... terasa hangat. 

Baru satu teguk... 

'AKU RINDU'



Wedang Tape ini membuatku teringat masa ketika berada di rumah. 
Mbah -nenek perempuan- ku suka sekali wedang tape. Setiap kali ada tape singkong di rumah, beliau selalu membuat minuman ini. Dan meskipun terkadang tidak dalam jumlah banyak... aku pasti akan turut menikmatinya, Malah terkadang aku yang menghabiskan. Aku tidak pernah membuatnya atas inisiatifku sendiri..

Ya, pikirku ribet aja... orang dimakan langsung aja udah enak. Ngapain susah-susah.. 

Haha.. Tapi, malam ini aku membuat minuman itu sendiri. Dan untuk pertama kalinya, di Yogya. Secara tidak sengaja... Suara gemuruh air hujan tidak membuat lamunanku atas memori sikap usilku terhadap wedang mbahku buyar.

Malah semakin jauh... hal-hal lain tentang aku dan mbah jadi ikut muncul. Hm, aku rindu mbah..
Dan tentu juga dengan wedang tapenya. 

Mencoba kugali ingatan yang lebih detail lagi... Ya, aku ingat!! Mbah sering banget bikin wedang tape buat buka. Terutama ketika Ramadhan. Di keluarga kami memang tidak terbiasa berbuka dengan minuman dingin -es- seperti kebanyakan orang lain. Ya, pernah.. tapi jaraaaang sekali. 

Ah lagi-lagi aku menjadi semakin ingat, Ramadhan juga sudah dekat. Ya Rabb... Pertemukan kembali kami dengan Ramadhan tahun ini. Rasa Rindu untuk kembali bertemu dengan Ramadan juga tak kalah besar jika dibanding dengan rinduku terhadap mbah, ibu, adik,.. semua orang rumah...

Baiklah.. kerinduaku semakin terakumulasi. Dalam satu kalimat : Aku merindukan Ramadhan bersama orang-orang yang kusayangi. Sebab aku sadar... Tahun ini untuk pertama kalinya, akan menjadi Ramadhan yang kujalani tidak secara full -sebulan- di rumah, dengan mereka..

Sepertinya, untuk beberapa hari atau mungkin hingga pekan, aku harus menjalani Ramadhan di perantauan. Sebelum kemudian bisa ulang kampung. Ah aku tak tau bagaimana harus menuliskannya dalam kata-kata.

Ya, kali ini nampaknya aku agak setuju dengan Dilan.. Rindu itu berat.
Tapi bagiku, ya.. tak apa.. memang berat.. tapi aku menikmatinya... 
Aku tidak merasa menyesal karena telah merindu...  

Tidak terasa, gelasku telah kosong. Hujan juga tidak sederas sebelumnya... 
Rindu tak lantas hilang, tapi kemudian bertambah sebait do'a.

Ya Rabb... hamba mohon agar kami bisa bertemu kembali dengan bulan penuh berkah, penuh ampunan, Ramadhan. Berkumpul dengan keluarga, orang-orang yang kami sayang, dan yang senantiasa mengingatkan kami akan Engkau. Dan tentu, tidak ketinggalan harapan akan peningkatan kualitas ibadah Ramadhan kali ini yang lebih baik, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Insya Allah...

Tak kusangka, malam Minggu ku kali ini ternyata spesial..
Peristiwa-peristiwa kecil, tapi wajib untuk disyukuri.
Tentu yang utama adalah kepada Dia, Yang Maha Pemberi Nikmat.
Dan tidak lupa.. Thanks a lot Mbak Ck... dan mbak beirut yang lain :)

Dan.. Aku sendiri tidak betapa memahami, bagaimana segelas wedang tape bisa membuat ku seperti ini. Hahaha..

Selamat malam, 
Semoga keluargaku, keluarga readers, kita semua senantiasa dilimpahi rahmat oleh Allah.

Sekali lagi, jangan takut atau malu untuk merindu...
Asalkan.. suatu hal itu memang patut untuk dirindu.


Beirut, 07 April 2018
23.00


-------
TERIMA KASIH buat yang baca sampe selesai..
Semoga bermanfaat..
Don't forget to leave a comment :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASUS ExpertBook B3 Flip (B3402), Laptop Idaman Jurnalis

JUMANJI: Dulu dan Sekarang

Dongeng Malam Minggu ku...