Gimana sih esai beasiswa itu? Yuk, intip esai awardee BU


Seperti pada pembahasan postingan sebelumnya, jenis-jenis esai sangat beragam. Salah satunya adalah esai beasiswa. Seperti penyebtannya, esai jenis ini biasanya dibuat dalam rangka pengajuan beasiswa. Persyaratan menulai esai semacam ini sangat jamak dijumpai di program-program beasiswa baik dalam maupun luar negeri. 

Salah satu program beasiswa dari dalam negeri yang mewajibkan pendaftarnya untuk membuat esai adalah "Beasiswa Unggulan" yang diselanggarakan oleh Kemendikbudristek. Program BU meminta pendaftar untuk menulis esai sesuai dengan tema dan ketentuan yang telah ditentukan.

Nah, berikut adalah contoh esai beasiswa. Selamat membaca :)

*Ssst... BTW ini adalah esai beasiswa yang aku gunakan untuk mendaftar BU. Sebenarnya tidak ada format khusus, selain tema dan jumlah halaman yang telah ditentukan. Jadi, teman-teman mungkin bisa menggunakannya sebagai referensi. Ingat: REFERENSI, bukan PATOKAN ya.... Karena aku sendiri pernah membaca esai awardee yang lain, dan aku cukup tercengang.. karena memang pembawaannya berbeda dangan punyaku. Tapi, yang perlu digarisbawahi, meskipun berbeda, esensi dari esai kami sama-sama bisa masuk ke dalam ketentuan yang memang sudah ditetapkan oleh Kemendikbudristek.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


“Aku Generasi Unggul Kebanggaan Bangsa Indonesia”

Literasi Media, Kunci Sukses Indonesia di Era Digital

Siti Nur Laili Rahmawati


Dunia berkembang semakin dinamis. Kemajuan teknologi mengakibatkan digitalisasi tidak bisa terelakkan. Termasuk persebaran informasi, yang tidak mengenal tempat dan waktu. Batas-batas antar negara semakin semu. Berbagai jenis informasi dari berbagai penjuru belahan bumi dapat diperoleh dengan mudah dan dalam waktu singkat. Terbayang betapa besar keuntungan yang bisa diperoleh dari keadaan yang demikian. Persebaran informasi secara luas ini tentu tidak lepas dari peran media massa. Media massa yang dulunya hanya berupa cetak, seperti koran, majalah, lantas muncul media elektronik radio dan tv. Dan sekarang, berkat adanya internet, kedua jenis media massa tersebut tidak luput dari digitalisasi. Dapat dibuktikan misalnya dengan kehadiran media online yang menggeser koran. Selain itu juga kemunculan Youtube yang mendapat label “lebih dari TV”.

Kemunculan media baru yang semakin menjamur, tentu berakibat pada semakin banyaknya sumber informasi. Tidak hanya yang bersifat positif, melainkan juga negatif. Tidak hanya mudah mengakses konten-konten bermanfaat, misal mengenai pendidikan, budaya, teknologi, kesehatan, dan lain-lain, tetapi juga kemudahan mengakses konten-konten negatif, seperti hoax, hate speech, penipuan, konsumerisme, pornografi, kekerasan, dan masih banyak lagi. Seperti yang sangat jelas terasa beberapa waktu terakhir, sebagai salah satu dampak digitalisasi media, kemunculan media online kemudian meningkatkan partisipasi masyarakat untuk turut berkontribusi dalam penyampaian pesan atau informasi. Dari satu contoh aktivitas tersebut, baik disengaja atau tidak, memunculkan fenomena yang justru meresahkan masyarakat, yaitu massifnya peredaran berita bohong atau hoax ditengah masyarakat.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika (Mastel) Indonesia tentang wabah hoax nasional, secara online selama 48 jam sejak tanggal 7 Februari 2017, 44,30% dari responden mengaku menerima pesan hoax setiap hari. Dari survey tersebut juga didapat bahwa setiap media massa menjadi sarana persebaran hoax, namun yang paling besar memang bersumber dari internet. Dampak dari hoax tentu saja meresahkan masyarakat. Hoax bisa memunculkan ujaran kebencian di tengah masyarakat, yang mana hal tersebut tidak sesuai dengan kebudayaan masyarakat Indonesia yang biasa dikenal santun dan saling menghargai. Kemudian jika konflik tersebut belanjut, ditambah keadaan masyarakat Indonesia yang multikultural, bukan tidak mungkin dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa.

Berangkat dari persoalan yang ada, maka dibutuhkan sebuah solusi yang dapat meminimalisir atau bahkan menghindarkan para pengguna media dari berbagai dampak negatif konten di dalamnya. Hal tersebut bisa dicapai dengan melakukan litarasi media. Literasi media (internet) oleh James Potter didefinisikan sebagai sekumpulan cara pandang yang secara aktif digunakan menghadapi media untuk menginterpretasikan makna sebuah pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Literasi media atau melek media dapat dilakukan dengan berbekal pengetahuan informasi dari media lain serta memiliki kepekaan akan realita yang sebenarnya terjadi di dunia nyata.

Literasi media menjadi sangat penting untuk dilakukan oleh siapa saja terutama dalam hal ini yang banyak menggunakan internet sebagai sumber informasi sehari-hari. Sebab dengan melakukan literasi media, para pengguna akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap isi pesan media secara kritis, sehingga kemudian dapat melakukan kontrol dalam menyikapi pesan yang diperoleh. Melalui literasi media masyarakat diharapkan dapat menyaring setiap gempuran informasi yang ada, membedakan antara yang benar dan bohong, baik dan buruk. Dengan mengetahui yang baik dan buruk akan membuat masyarakat semakin mudah untuk mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam kehidupan sehari-harinya. Selanjutnya, para penerima pesan dapat bersikap secara arif dan bijaksana, tidak mudah tersulut apabila mendapat informasi yang jauh dari kebenaran, berbau SARA atau isu-isu lain yang memungkinkan kemunculan konflik antara dua pihak atau lebih.

Selain itu literasi media tidak menjadikan seseorang hanya sebagai konsumen media, melainkan juga produsennya. Maksudnya adalah, seseorang yang telah melek media cenderung tidak diam –menyimpan informasi untuk dirinya sendiri, mereka akan memiliki kesadaran lebih tinggi untuk menyebar luaskan informasi tersebut. Atau justru karena telah mengetahui betapa pentingnya kebenaran dan nilai kebaikan yang seharusnya dikandung oleh setiap pesan, seseorang yang melek media tersebut akan terpacu untuk mnciptakan pesan dengan kriteria demikian. Siapapun harus terbiasa dengan literasi media. Namun nyatanya belum semua masyarakat mengetahui apa itu literasi media dan urgensi melakukan hal tersebut. Banyak cara bisa dilakukan dalam membudayakan literasi media di masyarakat, salah satunya melalui peran dari pihak-pihak yang dalam kesehariannya berkutat dengan ilmu komunikasi, praktik komunikasi dan media massa sangat dibutuhkan. Literasi media bukan hal baru bagi mereka, sehingga sudah seharusnya mereka juga memiliki kesadaran untuk menggerakkan masyarakat yang lain, setidaknya orang-orang yang berada di lingkungan sekitar. 

Diawali dengan kesadaran dari masing-masing individu, lantas berlanjut dalam bentuk sebuah komunitas penggerak literasi media yang mana dapat menyebarkan semangat dan memberikan edukasi perihal literasi media kepada masyarakat yang lebih luas. Tidak ketinggalan, usaha yang dilakukan oleh beberapa orang atau kelompok tersebut juga perlu diimbangi dengan usaha dari pemerintah, seperti Kementrian Komunikasi dan Informatika, melalui perumusan kebijakan, update info, dan kampanye yang mendukung literasi media.

Dengan memiliki kebiasaan melakukan literasi media, dipercaya dapat mengoptimalkan fungsi utama media massa baik mainstream ataupun yang memanfaatkan internet, yaitu sebagai informasi, sosialisasi, motivasi, pendidikan, kebudayaan, hiburan, serta integrasi. Pengoptimalan fungsi media dapat memberikan dampak positif bagi bangsa Indonesia. Selain uraian tentang fungsi informasi dan integrasi mengenai hoax yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, contoh lain adalah dalam fungsi pendidikan, media massa dan internet dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan, yang lantas meningkatkan intelegensi, pola pikir, dan keterampilan masyarakat. Dengan demikian kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia juga akan lebih baik. Sumber daya manusia yang berkualitas tentu akan dapat berpengaruh dalam pembangunan suatu bangsa, sehingga dapat lebih maju dan sejahtera.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASUS ExpertBook B3 Flip (B3402), Laptop Idaman Jurnalis

JUMANJI: Dulu dan Sekarang

Dongeng Malam Minggu ku...